Updated Jumat, 19 April 2024 |
Harga Gold melesat sekitar US$ 40 atau 400 pip ke kisaran US$ 2.417 per troy ons pada perdagangan sesi Asia Jumat (19/4/2024). Penyebabnya, dilaporkan terjadi ledakan di Iran meski belum terkonfirmasi. Melansir CNBC yang mengutip media lokal, ledakan dilaporkan terjadi di dekat bandara.
Hal tersebut memicu kekhawatiran akan perang yang semakin besar terjadi antara Iran dan Israel. Jika itu terjadi dampaknya bisa sangat besar apalagi misalnya sampai memicu kenaikan tajam harga Oil dalam waktu yang panjang. Inflasi akan semakin sulit turun, sehingga suku bunga tinggi bisa ditahan lebih lama lagi dan berdampak buruk ke perekonomian global. Harga Oil pagi ini terpantau melesat US$ 3,69 ke US$ 85,59 per barel.
Dalam kondisi tersebut, daya tarik emas yang menyandang status safe haven menjadi meningkat. Di sisi lain, bank sentral masih terus melakukan pembelian Gold. Bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) pada awal bulan ini merilis laporan yang menunjukkan pembelian Gold dalam 17 bulan beruntun.
Kepemilikan Gold sebagai cadangan devisa dilaporkan naik 0,2% pada bulan lalu menjadi 72,74 juta troy ons. PBoC masih terus memborong Gold saat harganya menyentuh rekor tertinggi pada bulan lalu.
Ada 2 alasan utama bank sentral dunia terus memborong Gold, yakni harganya yang biasanya naik saat terjadi krisis dan statusnya sebagai aset store of value dalam jangka panjang.
Pembelian Gold oleh bank sentral ini menjadi modal kuat Gold sehingga harganya melesat di tahun ini.
Kekhawatiran konflik tersebut juga membuat indeks saham Asia anjlok begitu juga di pasar futures (berjangka). Nikkei futures tercatat anjlok hingga 935 indeks poin ke 36.805 yang merupakan level terendah sejak 9 Februari lalu.