Selasa, 8 Desember 2020 | 4 menit baca |
Fibonacci, RSI, moving average, stochastic—banyaknya indikator teknikal dalam trading forex dan komoditi sering membuat trader pemula bingung dan takut untuk menggunakannya. Padahal indikator dapat membantu Anda membuat analisis teknikal dengan lebih mudah. Apa fungsi masing-masing indikator, bagaimana cara membacanya, semua kami bahas lengkap dalam panduan berikut untuk membantu Anda menemukan peluang trading dengan lebih mudah!
Indikator oscillator dan indikator tren
Pertama, mari kita bahas dua jenis indikator berdasarkan tampilannya pada platform trading, baik di MetaTrader maupun di MIFX Mobile. Indikator teknikal yang terletak di bagian bawah grafik harga biasanya merupakan indikator oscillator. Contohnya, indikator stochastic, RSI, dan MACD. Sedangkan indikator tren biasanya berada di grafik harga dan pergerakannya saling beririsan dengan harga. Contoh indikator tren yang populer di kalangan trader adalah Fibonacci, moving average, dan bollinger bands.
Fungsi umum indikator teknikal
Secara umum, fungsi utama indikator teknikal adalah untuk membantu Anda memantau kondisi pasar. Tanpa indikator, mungkin Anda akan kesulitan menentukan apakah pasar sedang bearish atau bullish, posisi apa yang harus Anda buka, dan kapan harus membuka posisi.
Dengan menggunakan indikator, Anda akan dapat melihat tren apa yang sedang berlangsung dengan lebih mudah, sehingga Anda dapat menentukan harus buka posisi buy atau sell. Anda juga dapat mendeteksi kekuatan tren tersebut, apakah masih akan berlanjut panjang atau akan segera jenuh. Tren yang kuat berarti harga akan bergerak ke satu arah untuk periode yang cukup panjang, sehingga bisa Anda manfaatkan untuk meraih potensi profit. Sebaliknya, hindari tren yang lemah dan kondisi pasar jenuh karena pergerakan harganya rawan berbalik arah sebelum dapat menghasilkan profit.
Selain itu, indikator teknikal juga mempermudah Anda dalam menentukan area support dan resistance. Area support dan resistance ini dapat menjadi referensi Anda menemukan momen buka posisi buy dan sell. Baca lebih lengkap mengenai support dan resistance di sini.
Indikator teknikal populer
Sekarang, mari kita bahas beberapa indikator teknikal yang paling sering dipakai oleh para trader:
1. Moving Average (MA)
MA merupakan indikator tren berbentuk garis yang bergerak lagging, atau lebih lambat dari pergerakan harga. Garis MA yang bergerak naik menunjukkan uptrend atau bullish, sementara garis MA ke bawah berarti downtrend atau bearish. Selain itu, Anda juga menentukan level support dan resistance dinamis dengan melihat posisi garis MA pada grafik. Garis MA yang berada di bawah harga menjadi level support dinamis, sedangkan garis MA di atas harga menjadi level resistance dinamis.
Anda juga dapat menggunakan dua garis MA dengan periode yang berbeda untuk menentukan sinyal buka posisi. Misalnya MA 20 dan MA 50. MA 20 yang memotong MA 50 dari atas ke bawah mengindikasikan sinyal bearish, sehingga Anda bisa buka posisi sell. Sebaliknya, jika MA 20 memotong MA 50 dari bawah ke atas, ini menunjukkan sinyal bullish untuk membuka posisi buy. Pelajari indikator Moving Average selengkapnya di sini.
2. Parabolic SAR
Parabolic SAR (stop and reverse) juga merupakan indikator tren. Sesuai namanya, indikator ini dapat mengindikasikan momen-momen di mana pergerakan harga akan berhenti dan berbalik arah, atau yang biasa disebut reversal.
Jika titik-titik SAR muncul di bawah candlestick, tandanya pasar sedang uptrend. Jika di atas candlestick, berarti pasar sedang downtrend. Reversal akan terlihat apabila ada titik SAR yang berlawanan dengan tren, lalu terdapat candlestick yang melewati titik SAR tersebut.
3. Bollinger Bands
Bollinger bands terdiri dari garis lower, middle, dan upper band. Anda dapat menggunakan indikator ini untuk melihat kejenuhan pasar. Jika pergerakan harga menyentuh upper band, berarti harga sudah mencapai kondisi overbought atau jenuh beli. Sebaliknya, harga yang bergerak hingga menyentuh garis bawah menunjukkan kondisi oversold atau jenuh jual. Kondisi pasar jenuh biasanya menunjukkan bahwa harga akan segera berbalik arah.
Anda bisa melakukan buy ketika harga menyentuh garis lower band, tapi dengan catatan bahwa tren harga keseluruhan sedang naik. Sebaliknya, Anda bisa melakukan sell ketika harga menyentuh garis upper band, tapi tren harga keseluruhan sedang turun. Untuk mengetahui tren keseluruhan, Anda bisa mengkombinasikannya dengan garis MA 200.
4. Average Directional Movement Index
Indikator ADX merupakan jenis indikator tren yang dapat Anda gunakan untuk mengukur kekuatan tren. Garis ADX yang naik menunjukkan tren yang menguat dan garis yang turun menunjukkan tren yang melemah. Selain itu, tren juga dianggap kuat saat garis ADX bergerak menembus level 25. Pelajari lebih lanjut cara membaca kekuatan tren dengan indikator ADX dan dengan mengamati posisi high-low di sini.
5. Fibonacci Retracement
Gunakan indikator fibonacci retracement dalam menentukan level support dan resistance, serta menentukan area untuk membuka posisi. Fibonacci terdiri dari level-level tertentu antara 0%-100%, tapi level-level terpenting adalah level 38.2%, 50%, 61.8%, dan 78.6%.
Level 38.2%-61.8% merupakan level support dan resistance yang dapat menjadi referensi buka posisi buy atau sell. Level 0% dapat menjadi referensi Take Profit Anda, sedangkan referensi Stop Loss berada di level 78.6%. Namun, jika Anda berani mengambil risiko lebih tinggi untuk meraih potensi profit yang lebih tinggi juga, tempatkan Stop Loss di level 100%.
Bagi Anda para trader pemula, kelima indikator di atas dapat Anda coba aplikasikan dengan strategi trading Anda. Pastikan Anda uji dulu penggunaan indikator teknikal di atas dengan Akun Demo agar Anda dapat melakukan simulasi trading secara gratis dan tanpa risiko!