Updated Kamis, 28 November 2024 |
Updated Kamis, 28 November 2024 |
Rilis “tumpukan” data ekonomi Amerika Serikat (AS) Rabu kemarin menjadi salah satu penggerak pasar. Beberapa data termasuk inflasi berdasarkan personal consumption expenditure (PCE) seharusnya bisa mendongkrak kinerja dolar AS; tetapi nyatanya justru mengalami pelemahan.
Inflasi inti PCE yang merupakan acuan The Fed dalam menetapkan suku bunga dilaporkan sebesar 2,8% year-on-year (YoY) pada Oktober, lebih tinggi dari forecast di Trading Central dan bulan sebelumnya 2,7% YoY.
Pasar Amerika Serikat libur Thanksgiving pada hari ini, Kamis (28/11/2024), sehingga data ekonomi seperti klaim tunjangan pengangguran AS dirilis Rabu kemarin, atau sehari lebih awal dari jadwal biasanya. Data tersebut juga dirilis lebih bagus dari forecast yang seharusnya bisa membuat dolar AS semakin perkasa. Data lain yang dirilis kemarin seperti penjualan barang tahan lama dan personal income serta spending juga mengindikasikan kondisi ekonomi AS yang masih kuat.
GOLD
Harga Gold (XAUUSD) memangkas kenaikan dan menutup perdagangan Rabu di US$ 2.635,70 per troy ons. Dibandingkan penutupan perdagangan Selasa, Gold naik kurang dari US$ 3 atau 30 pip.
Rilis data inflasi inti PCE yang lebih tinggi dari forecast memperkuat ekspektasi The Fed kemungkinan mengurangi frekuensi penurunan suku bunga. Apalagi, perekonomian AS di era Donald Trump nantinya diprediksi akan kuat.
Hal tersebut menjadi sentimen negatif bagi Gold pada perdagangan sesi Eropa hari ini.
OIL
Harga Oil (CLS10) bergerak sideways sebelum menutup perdagangan Rabu dengan turun tipis di US$ 68,75 per barel. Gencatan senjata Israel-Hizbullah yang mulai berlaku Rabu kemarin membuat Oil tertekan. Namun di sisi lain pelaku pasar kini menanti pertemuan OPEC+ yang diperkirakan akan menunda lagi rencana kenaikan produksi.
Data yang dirilis dari AS kemarin juga mixed, stok crude oil dilaporkan berkurang sementara stok bensin justru mengalami peningkatan. Hal ini membuat harga Oil masih akan volatil dengan kecenderungan turun pada perdagangan sesi Eropa hari ini.
EURUSD
EURUSD naik 786 poin (78,6 pip) ke 1,05663 pada perdagangan Rabu kemarin. Seperti disebutkan sebelumnya rilis “tumpukan” data dari Amerika Serikat seharusnya bisa membuat dolar AS perkasa; nyatanya EURUSD justru naik.
Pergerakan tersebut kemungkinan terjadi akibat koreksi teknikal setelah penurunan tajam EURUSD pasca kemenangan Donald Trump dalam Pilpres 5 November lalu.
Selain itu, likuiditas di pasar juga mengalami penurunan Rabu kemarin menjelang libur Thanksgiving di AS. Likuiditas yang menurun bisa memicu kenaikan atau penurunan aset yang signifikan.
Melihat hal tersebut dan mengingat rilis data ekonomi AS yang cenderung menunjukkan perekonomian yang masih kuat, ada potensi EURUSD kembali turun pada awal perdagangan sesi Eropa.
GBPUSD
Sama dengan EURUSD, pasangan mata uang ini melesat 1.105 poin (110,5 pip) ke 1,26773 pada perdagangan Rabu kemarin. Koreksi teknikal juga menjadi pemicu kenaikan tajam GBPUSD, sehingga ada potensi kembali turun pada perdagangan sesi Eropa hari ini.
USDJPY
USDJPY anjlok hingga 2.011 poin (201,1 pip) ke 151,092 pada perdagangan Rabu kemarin dan menyentuh level terendah dalam satu bulan terakhir. Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang diprediksi akan menaikkan suku bunga pada bulan depan membuat yen perkasa.
Selain itu, rencana Trump menaikkan tarif impor, dan ada kemungkinan Jepang juga terkena imbasnya membuat indeks Nikkei anjlok dan memicu permintaan safe haven seperti yen.
Namun, melihat penurunan tajam yang sudah terjadi belakangan ini, ada potensi The Fed lebih bersabar dalam menurunkan suku bunga, ada potensi USDJPY naik pada perdagangan sesi Eropa.
Nasdaq
Nasdaq anjlok 192 indeks poin ke 20.806 pada perdagangan Rabu kemarin. Penurunan saham-saham raksasa teknologi seperti Nvidia dan Meta akibat profit taking membuat Nasdaq merosot.
Meski demikian, penurunan tajam yang terjadi akibat aksi profit taking berpeluang memicu aksi beli yang membuka peluang kenaikan Nasdaq pada perdagangan sesi Eropa.