Updated |
![]() |
Senin, 18 September 2023 |
Oil (CLS10) sukses naik tiga pekan beruntun setelah melesat nyaris US$ 4 sepanjang minggu lalu ke US$ 91,17 per barel. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 10 bulan terakhir.
Oil sedang dinaungi sentimen positif baik dari sisi supply maupun demand. Pemangkasan produksi yang dilakukan Arab Saudi dan Rusia hingga akhir tahun menjadi sentimen positif dari sisi supply. Selain itu, produksi di Amerika Serikat juga diperkirakan tidak akan mengalami peningkatan drastis, setelah perusahaan Baker Hughes melaporkan rig yang aktif melakukan pengeboran hanya bertambah dua unit pada pekan lalu menjadi 515 unit. Dibandingkan tahun lalu, jumlah rig yang aktif tersebut lebih rendah 20%.
Dari sisi demand, perekonomian China menunjukkan tanda-tanda kebangkitan pada Agustus. Penjualan ritel dilaporkan tumbuh 4,6% year-on-year (YoY) pada Agustus, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 2,5% YoY dan forecast di Trading Central 2,6% YoY.
Selain itu, produksi industri juga dilaporkan tumbuh 4,5% YoY, lebih tinggi dari Juli 3,7% YoY dan forecast penurunan menjadi 3,5% YoY. China merupakan konsumen Oil terbesar kedua di dunia, ketika perekonomiannya membaik, permintaan tentunya bisa meningkat.
Meski sedang mendapat sentimen positif, tetapi ada potensi Oil turun pada perdagangan sesi Asia akibat aksi profit taking.
Berikut referensi teknikal untuk mengambil posisi sell untuk produk Oil:
Entry Price: 91,00 - 91,20
Level Support 1: 90,65
Level Support 2: 90,40
Level Resistance 1: 91,40
Level Resistance 2: 91,65