GOLD
Harga Gold (XAUUSD) bergerak volatil dalam rentang US$ 1.903,64 - US$ 1.909,08 per troy ons pada perdagangan sesi Asia Selasa (14/8/2023). Gold saat ini tertekan akibat kenaikan indeks dolar Amerika Serikat (AS) dan imbal hasil (yield) obligasi AS atau yang dikenal dengan Treasury.
Dolar AS dan Gold memang biasanya memiliki korelasi negatif; sebab Gold dibanderol dengan dolar AS. Ketika nilai tukar dolar AS menguat, maka harga Gold akan menjadi lebih mahal bagi pengguna mata uang lainnya, permintaan pun berisiko turun.
Indeks dolar AS kini berada di level terkuat dalam satu bulan terakhir, sebaliknya Gold di level terendah sejak 6 Juli.
Di sisi lain yield Treasury tenor 10 tahun menembus 4,2%, tertinggi dalam sembilan bulan terakhir. Treasury dan Gold sama-sama dianggap aset aman (safe haven), bedanya Treasury memberikan imbal hasil sementara Gold tidak. Ketika imbal hasil Treasury tinggi, Gold menjadi kurang menarik.
Dolar dan yield Treasury AS sama-sama menekan emas, tetapi pelaku pasar juga menanti rilis FOMC meeting minutes atau notula rapat kebijakan moneter The Fed pada Kamis dini hari nanti.
Notula ini akan memberikan gambaran detail pandangan para pejabat The Fed terkait kondisi ekonomi, pasar tenaga kerja, inflasi hingga outlook suku bunga. Sehingga rilis tersebut bisa berdampak signifikan ke pasar.
Sebelum rilis tersebut Gold masih akan volatil; melihat posisinya di level terendah lima pekan dan dekat level psikologis US$ 1.900 per troy ons, ada peluang Gold akan naik di sesi Eropa.
OIL
Harga Oil (CLS10) bergerak dalam rentang US$ 82,30 - US$ 82,69 per barel, dengan kecenderungan naik. Pada perdagangan sesi Eropa, Oil berpotensi naik lagi sebab bank sentral China (People’s Bank of China/PBoC) akhirnya menggelontorkan stimulus guna memacu perekonomian.
PBoC pagi tadi mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga medium-term lending facility (MLF) tenor 1 tahun sebesar 15 basis poin menjadi 2,5%. Ini merupakan pemangkasan kedua pada tahun ini setelah sebelumnya dilakukan pada Juni.
Serangkaian data dari China memang sedikit mengkhawatirkan, impor anjlok belasan persen pada Juli, menjadi pertanda lemahnya aktivitas bisnis dalam negeri. Hal ini terkonfirmasi lagi dengan data penjualan ritel yang pagi tadi dirilis tumbuh 2,5% year-on-year (YoY), lebih rendah dari bulan sebelumnya 3,1% YoY. Selain itu, China juga mengalami deflasi bulan lalu.
Dengan dipangkasnya MLF tenor satu tahun, diharapkan roda bisnis China berputar lebih kencang. Saat itu terjadi permintaan Oil akan berpotensi meningkat dan harganya berpeluang naik.
EURUSD
EURUSD sempat nyaris menyentuh level 1,09000 pagi tadi sebelum bangkit dan mencapai level tertinggi harian US$ 1.09175. Kuatnya dolar AS membuat EURUSD tertekan, tetapi seperti disebutkan sebelumnya pelaku pasar juga menanti rilis FOMC meeting minutes Kamis dini hari nanti.
Rilis tersebut bisa memberikan gambaran lebih jelas seberapa besar peluang The Fed menaikkan suku bunga pada September atau sudah mencapai terminal rate (puncak dari siklus kenaikan suku bunga).
Sebelum rilis tersebut, EURUSD masih akan volatil. Melihat posisinya saat ini di level terendah lima pekan, ada peluang EURSD naik pada perdagangan sesi Eropa.
GBPUSD
GBPUSD belum banyak bergerak pada perdagangan sesi Asia, menjelang rilis data tenaga kerja Inggris. Pasangan mata uang ini bergerak dalam rentang 1,26747 - 1,26931.
Data tenaga kerja Inggris akan dirilis pada pukul 13:00 WIB, forecast di Trading Central menunjukkan tingkat pengangguran pada Juli tetap sebesar 4%. Kemudian rata-rata upah selama 3 bulan hingga Juni diproyeksikan tumbuh 7,1%.
Data tersebut bisa menunjukkan pasar tenaga kerja Inggris masih kuat, tentunya jika dirilis sesuai forecast atau lebih baik. Hal ini akan menguatkan ekspektasi bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) akan menaikkan suku bunga satu atau dua kali lagi. GBPUSD pun berpeluang menguat pada sesi Eropa.
USDJPY
USDJPY bergerak dalam rentang 145,325 - 145,590 pada perdagangan sesi Asia, dan masih berada di level tertinggi dalam sembilan bulan terakhir.
Data yang dirilis dari Jepang pagi ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi (gross domestic product/GDP) kuartal II-2023 tumbuh 6% secara kuartalan yang disetahunkan, jauh lebih tinggi ketimbang forecast 3,2% di Trading Central.
Tingginya pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh ekspor, tetapi di sisi lain permintaan dalam negeri masih lemah. Dengan kondisi perekonomian global yang masih belum bagus, bahkan ada risiko perlambatan, outlook perekonomian Jepang menjadi kurang solid.
Ketika perekonomian dunia melambat, ekspor akan menurun. Tanpa ditopang permintaan dalam negeri, ada risiko pertumbuhan ekonomi Jepang juga akan terseret. Hal ini membuat yen tidak terlalu merespon rilis tersebut.
Meski demikian, melihat posisi USDJPY di level tertinggi sembilan bulan, ada peluang akan mengalami penurunan pada sesi Eropa akibat aksi profit taking.
Nasdaq
Indeks Nasdaq awal pekan kemarin naik 173 poin ke 15.279, dan berlanjut lagi pada perdagangan sesi Asia hari ini. Nasdaq menyentuh level tertinggi harian 15.333 atau naik 54 poin.
Saham-saham sektor teknologi yang menguat membuat indeks Nasdaq terus naik. Meski demikian, menjelang rilis FOMC meeting minutes tentunya para trader lebih hati-hati, sebab jika ada indikasi suku bunga akan kembali dinaikkan maka sektor teknologi akan terpukul, dan indeks Nasdaq berisiko merosot.
Tetapi saat ini pelaku pasar masih optimistis The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi. Indeks Nasdaq berpeluang naik pada perdagangan sesi Eropa hari ini, meski kenaikan belum akan besar.